Hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan China selama satu dekade terakhir diwarnai oleh perang dagang yang berlarut-larut. Kedua negara adidaya ini tidak hanya bersaing secara geopolitik, tetapi juga berupaya mengamankan dominasi ekonomi global. Namun, pada Mei 2025, dunia dikejutkan dengan kabar bahwa AS dan China menyepakati pemangkasan tarif secara sementara selama 90 hari sebagai langkah awal untuk meredakan ketegangan.
Kesepakatan ini menjadi titik terang di tengah ketidakpastian global, terutama bagi pelaku pasar, pelaku industri, serta negara-negara yang selama ini ikut terdampak oleh efek domino kebijakan tarif kedua negara.
Latar Belakang: Perang Dagang yang Tak Kunjung Usai
Perang dagang antara AS dan China secara resmi dimulai pada 2018, ketika Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor terhadap barang-barang asal China senilai ratusan miliar dolar. China membalas dengan langkah serupa, dan sejak saat itu, kedua negara terlibat dalam siklus balas-membalas tarif yang mempengaruhi:
-
Harga barang konsumen
-
Rantai pasok global
-
Industri teknologi
-
Perdagangan pertanian
-
Stabilitas pasar finansial internasional
Presiden Joe Biden sempat mencoba pendekatan yang lebih diplomatis, tetapi tarif tetap menjadi alat tawar-menawar utama untuk menekan kebijakan industri dan teknologi China yang dinilai tidak adil oleh Washington.
Isi Kesepakatan Mei 2025: Pemangkasan Tarif Sementara
Pada 15 Mei 2025, setelah serangkaian negosiasi panjang dan alot, perwakilan dari Washington dan Beijing mengumumkan bahwa:
-
Tarif impor yang sebelumnya diberlakukan pada lebih dari $200 miliar produk China dan $150 miliar produk AS akan dikurangi sebagian.
-
Pengurangan tarif ini hanya berlaku selama 90 hari dan akan ditinjau ulang berdasarkan perkembangan pembicaraan lanjutan.
-
Komite teknis akan dibentuk untuk membahas penyelarasan standar, transfer teknologi, dan hak kekayaan intelektual (HKI).
-
Produk yang mendapat pengurangan tarif terutama berasal dari sektor elektronik, pertanian, dan otomotif.
Kedua belah pihak menyatakan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah menuju dialog jangka panjang, bukan penyelesaian permanen.
Dampak Langsung terhadap Pasar Global
Reaksi terhadap kabar ini positif secara umum:
-
Bursa saham global naik, termasuk indeks S&P 500, Hang Seng, dan Nikkei.
-
Nilai tukar Yuan menguat terhadap Dolar, mencerminkan keyakinan pasar terhadap stabilitas ekonomi China.
-
Harga komoditas seperti tembaga dan kedelai naik, karena ekspektasi terhadap peningkatan perdagangan.
-
Industri manufaktur di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Vietnam, menyambut baik berita ini karena berkurangnya tekanan rantai pasok.
Namun, beberapa pengamat menyebut bahwa 90 hari adalah waktu yang sangat sempit, dan investor tetap waspada terhadap risiko kegagalan perundingan lanjutan.
Reaksi Internasional dan Strategi Negara Ketiga
Negara-negara besar lainnya, termasuk Uni Eropa, Jepang, dan Australia, menyambut baik kesepakatan ini sambil tetap mempertahankan strategi hati-hati. Mereka khawatir kesepakatan ini hanyalah taktik jangka pendek menjelang pemilu di kedua negara.
Sementara itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Meksiko melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok alternatif.
Motivasi Kedua Negara: Kepentingan Domestik Mendominasi
Dari sisi AS:
-
Pemerintahan Biden menghadapi tekanan domestik akibat inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
-
Menjelang Pemilu Presiden 2026, meredakan perang dagang dapat memperbaiki citra ekonomi Demokrat di mata pemilih.
Dari sisi China:
-
China sedang fokus pada pemulihan ekonomi pasca-pandemi dan realokasi sektor properti.
-
Pemerintah Xi Jinping ingin meredakan tekanan eksternal yang dapat menghambat pertumbuhan sektor ekspor dan manufaktur.
Apakah Ini Awal Akhir dari Perang Dagang?
Pertanyaannya: apakah kesepakatan ini menandai akhir dari perang dagang AS-China, ataukah hanya sebuah jeda strategis?
Sebagian besar analis menyatakan bahwa struktur konflik ekonomi AS-China bersifat sistemik. Isu seperti:
-
Hak kekayaan intelektual
-
Transfer teknologi paksa
-
Subsidi industri strategis
-
Dominasi dalam sektor semikonduktor dan AI
…tidak akan terselesaikan hanya dalam waktu 90 hari.
Namun, kesiapan kedua pihak untuk membuka jalur komunikasi terbuka menunjukkan potensi de-eskalasi dalam jangka menengah.
Penutup: Gencatan Senjata atau Hanya Strategi Politik?
Kesepakatan pemangkasan tarif antara Amerika Serikat dan China memang bukan penyelesaian permanen, tetapi menjadi sinyal penting bagi dunia bahwa kedua negara masih mengedepankan dialog daripada konfrontasi terbuka.
Bagi pelaku usaha, ini adalah kesempatan untuk memperkuat daya saing dan mencari jalur ekspor alternatif. Bagi pemerintah negara lain, ini momen untuk memperkuat kerja sama dagang regional.
Namun, jika kesepakatan ini gagal dilanjutkan setelah 90 hari, bukan tidak mungkin dunia akan kembali ke dalam pusaran perang dagang generasi baru yang lebih kompleks dan tak terduga.